Tips Menjaga Kesehatan Mental Ibu Rumah tangga

Jumat, 22 Januari 2021




Dalam rumah tangga, seorang perempuan lebih rentan mengalami stres dibandingkan laki-laki. Sebagai istri dan ibu, perempuan kerap merasa tertekan karena rutinitas yang monoton. Menjaga kesehatan mental adalah upaya menjauhkan diri dari stres yang mengganggu.


Sebuah berita dari media terpercaya mengabarkan tentang aksi nekat seorang ibu yang membunuh tiga anak kandungnya yang masih balita. Setelah diusut, diketahui bahwa si ibu khawatir akan masa depan anaknya karena dia terimpit masalah ekonomi. Berita lain juga menyebutkan bahwa karena suami tidak peduli, seorang ibu membunuh anak kandungnya dengan parang dan dia sendiri bunuh diri. Banyak lagi berita senada tentang kegalauan dan kesedihan perempuan yang begitu mendalam hingga berujung kematian. Miris. Bila ibu memiliki kesehatan mental, tentu bukan langkah itu yang dipilih. 

Apa yang menyebabkan para istri dan ibu bisa sampai hati melakukan hal buruk di atas? Saya selalu ngeri membayangkan hal demikian. Sayangnya, berita tentang hal ini makin marak di media. Hampir ada di seluruh wilayah Indonesia aksi nekat ibu yang berujung petaka. Jiwa yang labil, mental yang tidak sehat, fisik yang teramat lelah dan tidak ada teman berbagi rasa membuat mereka melakukan hal buruk itu sebagai jalan pintas berakhir masalah. Minimnya pemahaman agama juga turut andil dalam hal ini. Rutinitas yang padat membuat ibu kadang tidak sempat memperdalam ilmu agama, tidak ada waktu bergaul berbagi rasa, juga tidak ada kesempatan mengikuti kegiatan di luar rumah. 


Bahagia Itu Pilihan 


Hidup bahagia itu pilihan! Kalau memilih bahagia, kita akan dengan sadar melakukan hal-hal yang membuat diri kita merasa bahagia, bukan sebaliknya. Harus ada upaya agar hati dan pikiran bersinergi melakukan langkah-langkah menuju kebahagiaan. 


Jangan ada ruang secuil pun di dalam hati untuk tempat kita bersedih, putus asa, apalagi berpikir negatif . Jangan!


Percayalah, seorang istri dan ibu itu sejatinya memang harus bahagia. Apa alasannya? Karena dengan bahagia:


1. Lebih Sabar


Ibu yang bahagia relatif lebih sabar dan lebih tegar menghadapi segala kesulitan. Bayangkan kalau mendidik anak tanpa rasa sabar ... pasti akan berdampak tidak baik, kan? Kesabaran membuat lebih tenang saat menghadapi masalah. 


2. Lebih Kreatif


Ibu yang bahagia tidak akan menutup diri dari kritik dan saran yang baik. Kebahagiaan membuat kita selalu punya gagasan untuk melakukan hal-hal penting dalam rumah tangga. Juga lebih kreatif melakukan hal-hal penting yang berkaitan dengan masalah keluarga.


3. Mudah Keputusan


Hati dan pikiran bahagia membuat ibu tidak ragu mengambil keputusan. Tidak ada beban dan tidak ada yang mengikat, membuat ibu bebas menentukan sikap terbaik tanpa paksaan. Bila ibu dirundung kesedihan, mana mungkin bisa mengambil keputusan? Meskipun bisa, keputusan yang diambil saat galau dan sedih tentu tidak baik. 


3. Seisi Rumah Ikut Bahagia


Ini yang tidak kalah penting. Ibu yang bahagia akan menularkan kebahagiaannya kepada seisi rumah. Pasalnya, kebahagiaan itu pasti akan membuat ceria dan selalu ada cara mengajak seisi rumah ikut bahagia.


Menahan Diri Dari Rasa Yang Tak Perlu Itu Penting


Kadang-kadang kita terjebak pada rasa yang tak perlu. Kita sering tidak sadar terjebak pada perasaan sendiri dan logika logika. Okelah, kaum perempuan seperti kita memang lebih mengandalkan perasaan. Akan tetapi, tentu harus disesuaikan dengan situasi dan harus sesuai porsinya. Harus pandai-pandai juga mempertimbangkan kapan saat yang tepat mengedepankan logika agar kita tidak terjebak pada rasa yang tidak perlu. 


1. Berbaik Sangka Saat Melihat Suami Sibuk Mengurus Hobinya di Rumah atau Asyik dengan Gadgetnya


Bayangkan jika suami sibuk dengan teman-teman di luar sana. KIta tidak akan pernah tahu dia bergaul dengan siapa, sedang apa, atau di mana. Dengan di rumah saja, kita bisa melihat wujudnya, kendati dia asyik dengan kesibukannya itu sendiri. Bisa jadi dia sedang merencanakan sesuatu dalam hal mencari nafkah. Atau sedang melakukan pembicaraan penting terkait pekerjaannya. Pelan-pelan ajaklah berkomunikasi dengan cara yang santun. Libatkan dia dalam diskusi sederhana yang datang sedikit demi sedikit berbagi waktu dan mulai memedulikan kita.


2. Berbesar Hati Saat Melihat Rumah Yang Selalu Berantakan Karena Ulah Anak-Anak, Padahal Baru Saja Dibersihkan


Bayangkan bila anak-anak sakit, tentu mereka hanya akan berbaring saja di kamar, tidak melakukan aktivitas apa pun. Melihat mereka aktif bermain dan membuat rumah berantakan hingga seperti kapal pecah, sabarlah saja.Tata kembali, atur lagi dan lagi rumah berantakan yang baru saja dibereskan. Mulai dari ujung sini, korban ke sebelahnya, sebelahnya lagi, terus hingga tuntas menyelesaikan seluruh ruangan. Usia yang tidak menyadari bahwa mereka tidak menyadari bahwa mereka tidak menyadari pentingnya rumah. 


Kelak kita akan merindukan masa-masa rumah berantakan karena anak-anak beranjak remaja dan dewasa.


3. Bersabarlah Bila Melihat Anak yang Tidak Kunjung Paham Saat Diajari Suatu Pelajaran


Sebenarnya wajar kok kalau kesabaran kita menyusut saat anak tidak kunjung paham atas apa yang kita ajarkan. Apalagi saat pandemi seperti sekarang ini. Sekolah di rumah memang sudah sampai pada titik jenuh. Anak bosan di rumah dan rindu sekolah, kita pun lelah lahir batin dengan situasi yang semakin berat seperti sekarang ini. Namun, kalau kita tidak bersabar, apakah anak-anak jadi paham? Bukankah malah membuat semua terasa berat? Ah ... janganlah ditambah lagi situasi yang serba sulit ini dengan keluhan tentang anak. Mereka belum paham, ya sudah ... belajar lagi. Biarlah dia menikmati setiap inci prosesnya. Belum bisa mengerti suatu ilmu bukan berarti semua berakhir.Tidak perlu anak sekolah harus segera paham justru justru memberatkannya.


Nikmati saja prosesnya, terus berusaha, imbangi dengan doa maka semua akan terasa ringan. Tugas kita adalah menjaga semangat belajar mereka dan mendoakan mereka. Hanya itu! Selebihnya, kita pasrahkan hasilnya kepada Allah. Mudah, bukan?


4. Berusahalah Tetap Tenang Saat Pekerjaan Rumah Tangga Bagai Tak Ada Jeda


Pekerjaan sebagai istri dan ibu memang mengalir bagai tiada henti, apalagi bila tidak ada asisten. Akan tetapi, tidak berarti tidak bisa disiasati, bukan? Banyak kok perempuan hebat di sekitar kita yang bisa tetap menyala, meskipun hanya di rumah saja. Sama sibuknya dengan kita, sama-sama ibu rumah tangga. Mengapa mereka bisa, sedangkan kita tidak? Salah satunya dengan manajemen waktu yang baik. Pertama, kerjakan pekerjaan domestik sepagi mungkin, delegasikan bila memungkinkan, ajak suami dan anak ikut berpartisipasi, dan abaikan kegiatan yang tidak penting. Selanjutnya, jadwalkan melakukan aktivitas untuk diri sendiri sebagai jeda, sepertimembaca,menulismakan makanan favorit , merajut, menjahit, atau lainnya. Aktivitas jeda ini sangat bermanfaat sebagai penghilang penat sekaligus sebagai me time


Baca juga:

Jenuh Di Rumah Saja Saat Lockdown? Ini, Nih, Yang Bisa Dilakukan Agar Kejenuhan Dalam Rumah Tangga Tidak Berlarut-Larut


Anak Anda Terus Menolak Tidur Siang? Lakukan 4 Hal Ini Agar Anda Tenang



Tips Menjaga Kesehatan Mental Bagi Ibu Rumah Tangga


Jangan main-main dengan kesehatan mental! Kalau batuk, pilek, sakit kepala atau masuk angin saja cukup minum obat dan istirahat Insyaallah bisa sembuh. Namun, kalau mental yang sakit, menyembuhkannya perlu waktu yang tidak sebentar. Parahnya, kita sering tidak sadar kalau kita sedang tidak sehat. Apalagi kita berada di lingkungan yang tidak menyenangkan, seperti komunikasi yang minimal dengan pasangan, antaranggota keluarga yang tidak peduli, orang tua atau mertua yang kata-katanya menyakitkan, atau saudara yang tidak berperasaan, ditambah para tetangga yang tidak menyenangkan. Duh ... bisa memperburuk keadaan.


Mari menjaga kesehatan mental kita agar generasi mendatang memiliki kepribadian yang baik karena dididik oleh seorang ibu yang sehat mentalnya. Bagaimana caranya?


1. Istirahat Cukup


Rutinitas harian ibu rumah tangga perlu fisik yang kuat. Istirahat yang cukup harus diupayakan agar tugas ibu rumah tangga bisa terlaksana dengan baik. Kapan bisa istirahat,  rebahansaja susah! Kita sering, kan, mendengar ini? Istirahat tentu bukan tidur berjam-jam. Mencuri waktu sewaktu-waktu sebelum anak pulang sekolah atau saat anak tidur siang cukup tata tenaga. 


2. Makan Makanan Bergizi Seimbang



Mengonsumsi makanan bergizi seimbang sangat penting bagi ibu rumah tangga. Bergizi tidak selalu identik dengan mahal, kan? Makanan itu menjadi bekal bagi kita beraktivitas seharian.Kalau kita tidak peduli dengan asupan nutrisi, kita juga yang rugi bila sudah jatuh sakit. Apalagi kalau saat sakit pun tetap menjalankan pekerjaan rumah tangga. Oleh karena itu, menjaga agar tubuh selalu makan makanan bergizi itu sangat penting.


3. Menjalin Hubungan Baik dengan Lingkungan Sekitar


Mulailah membuka diri untuk berkomunikasi dengan siapa saja di lingkungan sekitar, terutama di rumah. Suami, anak, orang tua, atau saudara adalah orang terdekat kita. Jangan ragu menjalin hubungan yang baik dengan mereka. Kitalah yang memulai hubungan baik itu agar suasana nyaman.Hubungan kedekatan yang terjalin membuat hati kita tenang dan berimbas pada semangat kita menjalankan rutinitas.


4, Olahraga




Menjalani aktivitas harian yang padat dan monoton memang membuat lelah lahir batin. Meskipun tidak setiap hari, olahraga ringan perlu dilakukan agar otot-otot tidak kaku, seperti yoga, bersepeda, jalan kaki, atau berlari kecil. Lamanya? Tentu tidak perlu terlalu lama, apalagi yang masih punya balita. Cukuplah 30-45 menit saja, tetapi lakukan secara rutin. Bila peredaran darah lancar, metabolisme berjalan baik, menurun dan pikiran rileks maka menjalani aktivitas harian bisa lebih bersemangat. Apalagi menjalani segala tetek bengek pengasuhan anak yang kadang menguras tenaga dan emosi, perlu ada penyegaran, salah satunya dengan olahraga.


5. Selalu Berpikir Positif 


Jangan dikira berpikir positif itu berarti mengabaikan situasi yang kurang mengenakkan. Berpikir positif berarti berusaha menghadapi ketidaknyamanan dengan cara yang positif dan konstruktif. Harus dimulai dari pikiran sendiri.Jika pikiran negatif maka pandangan hidup jadi pesimis. Jika banyak berpikir positif maka jadi lebih optimis. Mau hidup dengan pesimis? Apa enaknya? Hidup jadi berat dan jalan terasa sempit.


Kalau kita tidak ingin depresi, sistem imun melemah, kemudian berimbas pada fisik yang tidak kuat maka mulai sekarang kita harus peduli dengan kesehatan mental. Jangan tunggu nanti, apalagi besok. Tetapkan hati, mulai detik ini peduli dengan kesehatan mental.


Wassalaamu'alaikum


Salam santun,

Dian Rahayu


Sumber foto: Unsplash, Istockphoto, Freepik


Tulisan ini diikutsertakan dalam 30 Hari Tantangan Penulisan Sahabat Hosting


Be First to Post Comment !
Posting Komentar

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9