Menghadapi Anak Spesial: Ujian Kesabaran Ibu*

Sabtu, 31 Agustus 2019
Menjadi ibu adalah dambaan setiap perempuan. Setelah menikah, hal penting yang sangat dinanti adalah kehadiran buah hati. Sebagaimana jodoh, hidup, dan mati, kelahiran buah hati adalah rahasia Allah. Tidak ada yang tahu kapan seorang  istri akan memiliki buah hati, sebesar apa pun perjuangan mendapatkannya dan selama apa pun penantiannya. Tidak ada yang mengerti pula mengapa seorang perempuan yang tidak menghendaki, justru diberi oleh Allah. Sekali lagi, itu rahasia Allah.

Betapa banyak pemberitaan di media yang mengabarkan bagaimana seorang ibu yang membuang bayinya, menganiaya atau menelantarkan anak kandungnya. Sungguh miris. Sementara perempuan lain sampai bersimbah air mata dalam menanti buah hati yang tak kunjung hadir, perempuan lain menyia-nyiakan anugerah pemberian Allah seperti tak punya hati nurani.

Bersyukurlah bila menjadi perempuan terpilih yang diamanahi buah hati. Lahir dari rahim sendiri, bermandi peluh dan air mata. Akan tetapi, tetaplah bersabar bila Allah belum berkenan menitipkan amanah itu. Ibu harus terus berbaik sangka agar harapan selalu tumbuh dan tidak putus asa.

Ketika Allah telah menetapkan seorang anak lahir, sudah pasti setiap ibu ingin melihat anaknya terlahir sempura, tak kurang suatu apa pun. Sehat lahir batin, luar dalam, dan tidak ada kekurangan fisik sedikit pun. Segala upaya mungkin telah dilakukan sejak masa kehamilan hingga tiba saat melahirkan. Namun demikian, ada faktor-faktor yang tak terduga yang dapat menyebabkan bayi terlahir tidak sempurna, seperti stres, diet terlalu ketat, jajan sembarangan, minum obat bebas tanpa arahan dokter, dan melakukan aktivitas terlalu berat, yang membuat ibu akhirnya harus menerima kenyataan tentang kondisi buah hati.

Bila Allah menakdirkan anak  terlahir “spesial,” tidak seharusnya  tenggelam dalam penyesalan, hingga lupa merawat dengan penuh cinta. Lupa menjadikannya punya bekal menjalani hari-hari dengan didikan dan ajaran penuh kasih seorang ibu. Bagi anak, ibu adalah pelindung, sumber kasih sayang, dan sumber pengajaran. Ibu adalah sekolah pertama bagi anak. Apa jadinya bila ibu tidak peduli dengan kondisi anak.

Memang tidak mudah menerima kenyataan bahwa anak yang dinanti kehadirannya ternyata terlahir "spesial." Bila ada dalam posisi sulit semacam itu, Ibu bisa melakukan beberapa hal berikut ini.

1. Terima Kenyataan

Memang mudah menyarankan, tetapi sulit dipraktikkan. Rasa kecewa, malu, minder, dan merasa terpuruk adalah hal wajar dirasakan para ibu. Namun, dengan menerima kenyataan, banyak yang membuktikan dapat membuat seorang ibu lebih memiliki banyak ide kreatif terkait pertumbuhan dan perkembangan anak.

2. Salurkan Emosi dengan Benar

Seorang pekerja sosial asal Philadelphia dan pemilik Philadelphia Autism Network, Karen Krivit, menyampaikan bahwa keluarga dengan anak "spesial" harus memiliki sikap yang gigih, fleksibel, berpikiran terbuka, memiliki pengetahuan dan bersikap positif. Seorang ibu sebagai sosok terdekat dengan anak harus menjadi yang pertama memperhatikan anak. Faktanya, bila ibu memberikan perhatian penuh dengan tulus berpengaruh sangat baik bagi anak.

3. Beri Dukungan

Menerima kenyataan harus diiringi dengan memberi dukungan. Menerima kenyataan dengan terus memberi dukungan membuat orang tua, terutama ibu, bisa melihat kekuatan dan potensi tersembunyi yang ada pada anak "spesial." Harus ada upaya konsisten untuk memberi rasa toleransi atas minimnya capaian anak di setiap tahapan usia, serta membuka mata dan hati lebih lebar demi menemukan kelebihannya, sekecil apa pun.


4. Banyak Bersabar



Menambah jumlah kesabaran dalam diri orang tua dengan anak "spesial" mutlak diperlukan. Tarik napas dalam-dalam saat mendapati keunikan anak, saat menghadapi masalah di sekolah, saat berkumpul dengan kerabat, dan saat-saat lain yang membutuhkan kebesaran hati. Orang tua harus melatih mengontrol diri dan menambah kesabaran. Bukankah semua telah ditetapkan Allah? Anak "spesial" hanya lahir dari orang tua istimewa. Dia Maha Tahu kekuatan hamba-Nya. Tidak mungkin Allah memberi beban terlalu berat.

Seperti dalam QS. Al Baqoroh: 286 yang artinya : Allah tidak akan membebani seseorang di luar kemampuannya. Pembebanan adalah perkara yang menyulitkan. Oleh karena itu, harus berbanding lurus dengan kemampuan. Bila telah dibebankan, berarti Allah Maha Tahu kita mampu.


5. Jadikan Hidup Lebih Teratur

Boleh percaya atau tidak, jadwal yang teratur terbukti dapat mengurangi frustasi yang bisa datang karena kegiatan harian yang kacau. Ibu harus mematuhi jadwal agar dapat memantau aktivitas harian. Jam berapa anak harus minum obat, hari apa harus kontrol ke dokter, atau kapan saat terapi, adalah rutinitas yang tidak boleh diabaikan keteraturannya. Jangan segan bertanya kepada ahlinya tentang apa saja terkait kondisi anak.

6. Tidak Terlalu Mencemaskan Masa Depan

Mendidik anak "spesial" sering tidak sesuai dengan target dan harapan. Kesabaran ekstra sangat dibutuhkan pada saat seperti ini agar batin tidak lelah. Fokus saja pada proses dan konsisten menjalankan setiap stepnya. Jangan terlalu mencemaskan masa depan. Bagaimana nanti ..., bagaimana seandainya ..., bagaimana ini dan itu, hanya akan mengerdilkan hati. Menyerahkan semua hasil pada Yang Maha Kuasa akan lebih menenteramkan dibanding bila hari-hari dipenuhi dengan keluhan dan rasa tak berdaya.

7. Bergabung dengan Komunitas

Bergabung dengan para orang tua yang sama-sama memiliki anak "spesial" diyakini banyak pihak dapat membantu memunculkan rasa optimis dan perasaan "merasa sendiri" pada orang tua. Dalam komunitas akan sering mendengar pengalaman orang tua lain yang kondisinya mungkin tidak lebih baik, saling sharing ilmu dan pengalaman terkait kondisi anak, dan berbagi informasi medis lainnya yang berguna.

Bersyukur atas setiap jengkal pencapaian kemampuan adalah cara terbaik menghadapi anak "spesial." Penerimaan yang sebenarnya adalah ketika orang tua tidak merasa malu, minder, atau perasaan lemah lain yang justru menutup mata hati dari ribuan hikmah yang terselip dalam perjalanan mendidik anak "spesial."

Bukankah anak adalah ujian? Setiap orang tua mendapat ujian yang berbeda satu dengan yang lain. Makin berat ujian sejatinya adalah tanda cinta dan kasih sayang Allah kepada para orang tua yang makin besar. Oleh karena itu, tidak layak bila disikapi dengan kekecewaan dan putus asa, hingga saling menyalahkan antara ayah dan ibu.

Cara manis menerima kenyataan dan mensyukurinya adalah dengan berbagi cerita. Seperti yang dilakukan lebih dari 20 penulis perempuan dalam buku parenting berjudul Cinta Tanpa Syarat.


Buku antologi ini berisi kisah para ibu menjalani hari-hari dengan berbagai masalah anak, seperti anak "spesial," anak indigo, sibling rivalry, dan perjuangan mendapatkan gaya belajar yang tepat. Semua tertuang dalam buku ini, dengan harapan dapat membuka mata hati pembaca tentang bermacam-macamnya kondisi anak. Membaca buku parenting yang satu ini membuat pembaca memungut satu per satu hikmah dalam setiap kisah. Dengan harga terjangkau, pembaca tidak perlu ragu mendekapnya demi meraup banyak pelajaran tentang parenting dalam buku yang dikoordinasi Joeragan Artikel dan diterbitkan oleh Dandelion Publisher ini.



_________________________

Dian Rahayu
Ibu lima anak, Editor, Ghost Writer, Freelance Writer
dian.permanasari2018@gmail.com


*tulisan ini pernah dimuat di www.sariwidi.com sebagai tulisan guest writer










Menumbuhkan Kasih Sayang dalam Keluarga, Pentingkah?

Minggu, 18 Agustus 2019
Beberapa waktu yang lalu saya mengamati anak-anak tetangga saya. Mereka memiliki perbedaan gaya hidup, tetapi dipersatukan dengan hobi yang sama, yaitu bermain. Sekilas penampilan meŕeka tidak jauh berbeda satu dengan yang lain. Akan tetapi, sikap tubuh dan kemampuan berkomunikasi sekilas bisa menunjukkan bagaimana orang tua mendidik mereka di rumah.

Saya bukan psikolog, bukan pula pakar parenting(meski saya ingin ...), tetapi mengamati anak- anak kadang memunculkan keasyikan tersendiri. Anak-anak yang tumbuh dengan dipenuhi kasih sayang dan perhatian tulus orang tua ternyata berbeda dengan yang tidak . Mereka yang kurang perhatian dan kasih sayang cenderung lebih destruktif, arogan, dan kasar tutur katanya.

Entahlah, apa memang demikian. Akan tetapi, sepanjang pengamatan saya (yang memang amat sederhana), ada korelasi signifikan antara kurangnya kasih sayang dengan sifat-sifat negatif tadi. Meskipun mungkin tabiat genetik dan lingkungan juga berpengaruh.

Bila demikian adanya, adalah perlu memperhatikan bagaimana cara menumbuhkan kasih sayang dalam keluarga. Beberapa cara berikut ini bisa diupayakan agar keluarga kita selalu dialiri kasih sayang.

1. Membiasakan Pergaulan yang Baik dalam Keluarga

Bersikap lemah lembut dan bercanda harus dibiasakan dalam keluarga untuk menjalin keakraban. Tentu saja canda dalam batas yang  wajar. Tidak perlu ragu mencium, mendekap, atau sekadar membelai rambut anak. Mereka akan merasakan kasih sayang orang tua mengaliri jiwa.

2. Saling Membantu Menyelesaikan Pekerjaan Rumah

Gotong royong antar anggota keluarga perlu dibina sejak dini, agar rasa persaudaraan dan saling memiliki terjaga di setiap hati. Tugas-tugas rumah tangga bila dikerjakan bersama tentu terasa ringan, meskipun tetap ibu sebagai penanggung jawabnya.

3. Menghadirkan Suasana Belajar-Mengajar dalam Keluarga

Setiap diri harus memiliki jiwa pembelajar. Orang tua berkewajiban memunculkan mental pembelajar dalam diri anak. Belajar dan mengajar bila dibiasakan dalam keluarga akan menjadikan seluruh keluarga selalu haus akan ilmu.

4. Membiasakan Ibadah dalam keluarga

Menegakkan nilai-nilai agama harus dilakukan sejak dini. Anak harus terbiasa melakukan berbagai kegiatan keagamaan di rumah, dengan orang tua sebagai teladan mereka. Hal ini penting karena agama adalah tolok ukur  setiap perilaku, dan aturan yang harus ditaati oleh seluruh anggota keluarga.

5. Tidak Menunjukkan Konflik di Depan anak

Bila terjadi perselisihan orang tua, seyogyanya anak-anak tidak mengetahui. Sehebat apa pun pertengkaran, bila di depan anak harus berusaha menahan diri. Pertengkaran orang tua selain akan menjadikan berkurangnya empati anak, juga membuat jiwa menjadi labil dan kerdil. Akhirnya mereka meniru kata-kata kasar dan sikap egois orang tua.

Demikian beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan kasih sayang. Semoga kasih sayang senantiasa tumbuh subur di hati dan tidak tercabut hingga ajal menjemput. Aamiin.

Foto: Google


Motif Manis Nan Anggun Tunik Batik Cap

Sabtu, 10 Agustus 2019
Siapa yang tidak kenal batik? Batik adalah warisan budaya khas Indonesia. Kain batik memiliki motif unik yang khas dan berbeda dengan motif kain pada umumnya.  Pada masa kini, kain batik telah disukai banyak kalangan. Baik tua maupun muda, laki-laki maupun perempuan, semua tertarik dengan kekhasan batik.

Beberapa tahun yang lalu, batik masih dipakai sebagai kemeja atau baju atasan. Itu pun hanya untuk acara formal saja. Kini, setelah muncul banyak kreasi dari desainer dan lebih kreatifnya para pemakai memadupadankan, batik dipakai juga untuk rok, kulot, gamis, dan blazer. Memakainya pun tidak harus untuk acara formal, tetapi juga untuk acara non formal.

Salah satu alasan mengapa batik digemari adalah karena nyaman dipakai. Seperti tunik batik cap yang ditawarkan Vanya Rina. Dibuat dari bahan katun prima, tunik dengan warna-warna yang manis ini sangat anggun dipakai untuk acara formal maupun non formal.

Menurut Wikipedia, batik cap adalah salah satu jenis hasil proses produksi batik yang menggunakan canting cap. Canting cap yang dimaksud mirip dengan stempel, hanya bahannya terbuat dari tembaga dan dimensinya lebih besar, rata-rata berukuran 20cm X 20cm.

Canting cap lalu dimasukkan ke dalam cairan malam (kurang lebih 2 cm bagian bawah canting cap yang tercelup cairan malam. Canting cap kemudian di-cap-kan (di-stempel-kan) dengan tekanan yang cukup di atas kain mori. Cairan malam akan meresap ke dalam pori-pori kain mori hingga tembus ke sisi lain permukaan kain mori. Inilah yang menyebabkan gambar batik bisa tembus sampai di balik kain. Juga membuat warna tidak mudah pudar, tidak seperti batik printing yang hanya satu sisi kain saja yang mengalami pewarnaan.

Hal yang menarik dari batik cap adalah pada proses perkawinan warna, karena permukaan kain mori yang telah diwarna sebelumnya akan diwarna lagi pada proses pewarnaan berikutnya, sehingga perlu keahlian khusus dalam proses pemilihan & perkawinan warna.

Oleh karena proses pewarnaan yang berulang-ulang dan menyeluruh pada setiap pori-pori kain mori, maka warna pada batik cap cenderung lebih awet dan tahan lama dibandingkan dengan batik yang lain.

Meskipun banyak yang lebih menggemari batik tulis, tetapi  ditinjau dari sisi pembuatan, kelebihan yang didapat dari batik cap adalah lebih mudah, cepat, dan praktis. Harganya pun relatif lebih murah dibanding batik tulis yang proses pengerjaannya lebih rumit. Karena itulah, batik cap lebih banyak menjangkau semua kalangan.

Menurut Vanya Rina, batik cap yang ditawarkannya tidak luntur saat dicuci. Akan tetapi, untuk pencucian pertama biasanya ada residu dari pewarna. Meskipun demikian, tidak sampai membuat warnanya pudar.

Keunggulan lainnya, warna batik tidak mudah pudar, asalkan saat mencuci tidak dijemur langsung di bawah sinar matahari. Yang menarik, tidak seperti jenis batik lain yang harus disetrika dengan panas rendah, batik cap bisa disetrika dengan panas tinggi sehingga bisa licin lebih lama.

Tunik batik capnya Vanya Rina nyaman dipakai. Tersedia berbagai motif dan warna, tunik batik yang dijual di kisaran harga Rp. 100.000,00 sampai Rp. 150.000,00 ini ada berbagai ukuran. Mulai S hingga XXL tersedia sehingga bisa dipilih sesuai selera dan kebutuhan. Pembeli bisa dengan mudah memilih sesuai motif dan ukuran yang dipilih di link berikut ini:

WA
https://bit.ly/2gPkwCE

Fb
https://www.facebook.com/aranku.lanang

IG
https://www.instagram.com/vanya_rina_batik

Jangan ragu memilih batik. Memakainya sama dengan melestarikan budaya Indonesia. Ada rasa bangga terselip di hati saat memakai batik. Itulah yang saya rasakan saat memakai tunik batik cap bahan premium dari Mbak Vanya Rina. Tidak hanya warnanya yang manis, dipakainya juga sangat nyaman. Cocok untuk segala acara.

Yuk, kita ikut ambil bagian dalam melestarikan budaya bangsa.

Surabaya, 10 Agustus 2019