Tips Bermedia Sosial Dengan Cerdas Bagi Ibu Rumah Tangga

Selasa, 26 Januari 2021





Hai, Sobat Pembaca


Assalaamu'alaikum


Pada era digital sekarang ini, saat internet bisa diakses oleh siapa saja, di mana saja dan kapan saja, berlaku bijak dan cerdas  bermedia sosial sangat mutlak diperlukan.


Bagaimana Anda menyikapi maraknya penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari? Makin berkembangnya teknologi sekarang ini, diiringi dengan pesatnya jumlah pengguna media sosial, sungguh membuat saya merasa ngeri. Entahlah. Suatu ironi menurut saya, ketika penggunaan media sosial sebagai media komunikasi yang seharusnya memberikan beragam kemudahan dan kenyamanan, justru menjadi bumerang bila kita tidak menggunakannya dengan bijak. Cerdas bermedia sosial sebetulnya menjadi keharusan. Bila tidak dilakukan, kita sendirilah yang rugi.


Parahnya, hal itu sudah terjadi! Tidak jarang kita melihat (dan mendengar), media sosial  yang kita tahu sebenarnya untuk kemudahan komunikasi, yaitu untuk menyerap pesan dan berbagai informasi, sudah meluas perannya menjadi sarana saling menjatuhkan hingga membentuk persepsi. Permusuhan sangat mudah terjadi, ujaran kebencian sangat mudah dilakukan, dan menyebarkan berita hoak pun jadi lumrah. Begitulah ... media sosial sungguh membuat kita sebaiknya lebih ekstra hati-hati. 


Aktivitas Bermedia Sosial Khas Ibu-Ibu






Ibu rumah tangga dengan segudang rutinitasnya membutuhkan aktivitas jeda untuk penghilang penat barang sekejap. Banyak cara ibu menghilangkan penat. Bisa dengan  jalan-jalan ke mal, piknik ke tempat wisata, melakukan wisata rohani, atau sekadar makan bakso pinggir jalan pun bisa sejenak melepas segala kepenatan dan kepayahan. 


Satu lagi sarana pelepas penat bagi ibu rumah tangga, yaitu menggunakan media sosial. "Bermain-main" dengan media sosial bagi sebagian ibu-ibu ampuh sebagai pelepas kepenatan, sekaligus menjaga kewarasan. Hal ini karena di media sosial, ibu-ibu bisa mendapatkan beragam informasi, bisa berkomunikasi dengan siapa saja, dan yang penting bisa curhat tentang apa saja. Anda mungkin tidak kesulitan mendapati ibu-ibu yang tampil di media sosial memposting tulisan berisi curhatan atau video berisi keseharian mereka. Ya ... tidak semua seperti itu sih. Ada juga kok ibu-ibu yang jago membuat konten menarik yang akhirnya diminati banyak orang. Ada juga ibu-ibu yang suka membagikan resep masakan, membagikan quote yang menginspirasi, dan banyak lagi postingan menarik khas ibu-ibu yang bermanfaat.


Baca juga:

Tips Menjaga Kesehatan Mental Ibu rumah Tangga


Namun, tidak sedikit juga yang sangat gemar membagikan foto diri dan keluarganya, curhat masalah pribadi, bahkan menunjukkan kemarahan dengan seseorang di media sosial. Ibu-ibu semacam itu seperti mendapatkan kelegaan atau kepuasan saat melakukan hal-hal itu di media sosial. Mereka sering kali mencari alasan pembenar atas sikap mereka, kadang bahkan memiliki keinginan mengajak ibu-ibu lain melakukan hal yang sama. Wah ... 


Alasan Ibu-Ibu Curhat di Media Sosial 


Kemajuan teknologi yang memberikan kemudahan bagi ibu-ibu melakukan hal demikian adalah salah satu alasan mengapa para ibu begitu senang curhat di media sosial. Alasan lainnya adalah sebagai berikut.


1. Eksistensi


Sebagian perempuan, terutama para ibu, memiliki kebutuhan untuk eksis di dunia maya. Hal ini antara lain karena sebagian ibu-ibu tidak punya waktu lagi beraktivitas di dunia nyata karena kesibukan domestik yang sering padat merayap hampir tanpa jeda. Eksis di dunia maya bisa menggantikan kebutuhan mereka bersosialisasi, sekaligus sebagai wadah mengekspresikan gaya, perasaan, hingga gagasan, yang kadang sulit dilakukan di dunia nyata. 


2. Kebutuhan Didengarkan


Kaum perempuan, terutama para ibu, membutuhkan telinga untuk mendengarkan dan bahu untuk bersandar atas segala kekalutan yang menimpanya. Sering kali bahkan mereka tidak membutuhkan jalan keluar segera, tetapi membutuhkan perhatian yang nyata dan dapat dirasakan. Ibu-ibu yang tidak mendapatkan hal ini dari orang terdekatnya, terutama suami, cenderung melakukannya di media sosial. Kebutuhan didengarkan sama halnya dengan kebutuhan primer yang membutuhkan pemenuhan segera.


3. Kebutuhan Berbicara 


Para ibu membutuhkan berbicara sebanyak 20 ribu kata sehingga bila kebutuhan ini sulit terpenuhi akan memenuhinya di media sosial. Perempuan memiliki protein berbicara yang lebih di dalam otaknya dibanding laki-laki. Seperti halnya kebutuhan didengarkan, kebutuhan berbicara pada perempuan juga merupakan kebutuhan primer. Bila telah terpenuhi maka perempuan relatif lebih tenang karena merasa lega telah mengungkapkan apa yang menyesakkan dada dan mengganggu pikirannya.


Tips Bermedia Sosial Dengan Cerdas bagi Ibu Rumah Tangga


1. Mengikuti Hanya Akun yang Menyampaikan Pesan Kebaikan




Apa tujuan sebenarnya ibu-ibu bermedia sosial? Relatif mungkin ya ... jawabannya bisa jadi tidak sama. Ada yang memang untuk jualan online, ada yang untuk branding, ada yang berniat hanya untuk stalking, ada juga yang mencari ketenangan dan kenyamanan hati dengan  membaca postingan bergizi di media sosial. Tetapkan hati, tujuan kita sebenarnya apa. Selanjutnya, mulai follow akun yang baik dan unfollow akun yang tidak baik. Baik dan tidak baik dalam hal ini adalah kebermanfaatannya bagi peningkatan kualitas diri kita pada masa yang akan datang. Usia kita terus bertambah, kan? Seharusnya kita menjadi lebih bijaksana dan lebih memiliki kedewasaan berpikir dengan bermedia sosial.


2. Tidak Berkomentar yang Buruk





Komentar yang buruk pasti berdampak pada pergaulan kita di dunia maya, bahkan bisa berlanjut ke dunia nyata. Termasuk dalam berkomentar yang buruk adalah ikut campur dalam kehidupan orang lain. Saya merasa berkomentar terlalu banyak terhadap urusan orang lain membuat kita tidak fokus pada urusan kita sendiri. Apakah Anda juga begitu? Memangnya urusan kita sudah beres semua? Tentu belum, kan? Sudahlah, memikirkan hidup kita sendiri saja sudah berat. Jangan ditambah lagi dengan memikirkan orang lain. Cukup sewajarnya dan sekadarnya saja, sebagai wujud rasa empati, setelah itu selesai. Biar otak kita dipenuhi dengan rencana-rencana kebaikan masa depan daripada memikirkan hal lain yang kurang penting.


3. Menulis Hal-Hal yang Baik 





Berhentilah curhat berlebihan di dunia maya. Kalau terpaksa tidak tahan harus curhat, sebaiknya lakukan dengan cara cerdas. Tunjukkan fakta, bukan keluhan. Kemudian niatkan berbagi, sebagai pembelajaran bagi siapa saja yang membaca. Syukur-syukur bila ada alternatif solusi maka tulisan kita menjadi barisan kalimat inspiratif yang membuka mata dan hati pembaca dengan hikmah yang terselip, bukan asal curhat saja. Yakinlah, tempat curhat terbaik adalah pada sepertiga malam yang terakhir, yaitu kepada Sang Pemberi Solusi


4. Tampil Bermedia Sosial Untuk Berbagi Kebaikan





Cerdas bermedia sosial dapat dilakukan dengan tampil yang membawa manfaat. Kalau hanya membuat kekacauan di dunia maya, seperti berkomentar tanpa ilmu yang memadai, mengadu domba, menghina, dan lain-lain ... untuk apa? Sama sekali tidak ada gunanya! Seperti yang sudah saya tuliskan di atas, sosial media sebaiknya digunakan untuk hal-hal yang baik, seperti berbagi nasihat, berbagi pengalaman, berbagi ilmu, atau hal-hal baik lain yang dibutuhkan orang banyak.


5. Membatasi Waktu





Ini yang tidak kalah penting! Berjejaring sosial di dunia maya jangan sampai merusak jadwal harian. Apalagi sampai mengabaikan kewajiban utama sebagai ibu rumah tangga. Bolehlah kita mengisi medsos  kita dengan konten menarik, membagikan postingan dan video yang bermanfaat, juga menyapa teman-teman di dunia maya. Namun, sebaiknya semua itu dilakukan setelah kewajiban utama sudah beres. Membatasi waktu bersosial media adalah langkah bijak sekaligus cerdas yang bisa menyelamatkan banyak hal.


Demikian tips cerdas bermedia sosial bagi ibu rumah tangga. Kuncinya, jangan sekali-kali mengabaikan kewajiban demi kebutuhan pergaulan di dunia maya. Lakukan sewajarnya saja, tetapi tetap dapat memenuhi kebutuhan. Punya tips lain bermedia sosial bagi ibu rumah tangga? Share di komentar, yuk ....


Wassalaamu'alaikum


Salam santun,

Dian Rahayu


Sumber foto: Pixabay

Tulisan ini diikutsertakan dalam 30 Days Writing Challenge Sahabat Hosting

Liburan Di Desa: Tempat Traveling Paling Berkesan

Minggu, 24 Januari 2021




Hai, Sobat Pembaca

Assalaamu'alaikum


Tidak sedikit tempat wisata di seluruh penjuru tanah air. Namun, Bagi kami sekeluarga yang sangat jarang melakukan perjalanan wisata, liburan di desa adalah tempat traveling paling berkesan yang selalu kami rindukan setiap libur lebaran.

 

Desa dengan sejuta pesonanya sudah membius kami sekeluarga. Keinginan   untuk datang lagi dan lagi selalu ada setiap kaki menjauh dari lahan hijau penuh pesona itu. Terlebih lagi, desa yang kami kunjungi adalah desa tempat kelahiran suami saya, tempat hampir seluruh keluarga besar berkumpul. Bagi kami sekeluarga yang tinggal di kota, beberapa hari tinggal di desa adalah saat yang ditunggu. Anak-anak siap melayani segala sesuatunya sejak semula sebelum akhirnya.


Perjalanan ke desa selalu seru! Kendati hiruk pikuk kehidupan di kota yang menjadi keseharian kami memiliki banyak keindahan dan hal-hal yang menarik, keseruan tinggal di desa selalu menjadi saat yang dinanti. Mulai si sulung hingga si bungsu, senantiasa menyambut gembira karena desa adalah tempat traveling paling berkesan bagi kami sekeluarga.


3 Alasan Mengapa Berlibur ke Desa Selalu Seru


Rutinitas yang padat setiap hari tentu membuat jenuh dan penat. Sesekali memang kami refreshing  ke mal tidak jauh dari rumah. Namun, karena suami saya tidak begitu suka jalan-jalan ke mal maka jadilah pergi ke desa menjadi bagian dari rencana kepergian kami saat musim liburan tiba. Akhirnya, kami jadi terbiasa pulang ke desa menempuh perjalanan puluhan kilometer demi mendapat kan suasana desa yang menyenangkan. 

Ada 3 alasan mengapa berlibur di desa selalu seru. 




1. Bisa Melampiaskan Rindu dengan Kampung Halaman


Suami saya meninggalkan kampung halaman sejak lulus SD. Untuk melanjutkan sekolah di SMP, beliau bertolak dari Gresik menuju Surabaya mengikuti saudara yang menyekolahkannya hingga lulus kuliah. Sejak menikah dan memiliki lima anak sekarang, berlibur ke desa adalah tempat yang menyenangkan yang kerap menjadi tujuan utama. Perjalanan selalu diiringi dengan napak tilas tempat-tempat penting saat masih kanak-kanak, mulai sawah, balai desa, sekolah, masjid, hingga rumah tetangga-tetangga yang sebagian masih ada hubungan saudara. Tetangga masih ada hubungan saudara? Kok bisa? Ini yang unik. Warga desa tempat kelahiran suami memiliki kebiasaan menjodohkan anak mereka sehingga beberapa tetangga masih ada hubungan keluarga. Hanya saja, kebetulan suami saya merantau ke Surabaya dan bertemu dengan saya yang asli warga Surabaya sebagai jodohnya. 


2. Bisa Memicu Kebahagiaan


Bertemu dengan sanak saudara membuat suasana hati berbeda. Keriuhan dan kepenatan tinggal di kota seketika lenyap saat disambut keramahan penduduk desa yang hangat. Biasanya kalau kami datang, saudara-saudara langsung datang dan berkumpul. Meskipun hanya menyapa dan menanyakan kabar, kedekatan di antara kami sungguh sangat terasa. Kepedulian mereka kepada kami yang datang dari kota membuat kami merasa seperti tamu spesial. Padahal, seperti itulah cara mereka menyambut semua tamu dari jauh, selalu antusias. Keakraban langsung menjalar di dada kami sehingga membuat kami merasa saling dekat. Kedekatan itu kemudian menurun ke anak-anak kami. Dengan penyambutan yang hangat, anak-anak jadi akrab dengan saudara-saudara di desa.


3. Bisa Menghilangkan Stres

 

Keakraban yang terjalin saat bertemu sanak saudara di desa dan suasana desa yang nyaman adalah penghilang stres terampuh bagi kami. Beberapa hari saja di desa cukup memantik kebahagiaan. Begitu juga dengan anak-anak yang langsung menikmati suasana desa yang sejuk dan asri. Kebahagiaan kecil semacam ini berdampak sangat besar karena bisa membuat kami semangat lagi saat harus kembali ke kota menjalankan rutinitas harian dengan segala hiruk pikuknya.


Desa Tulung: Tempat Berwisata Paling Berkesan 




Penasaran dengan desa tempat kami berlibur? Ini dia .... Namanya Desa Tulung. Sebuah desa di Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik ini memang bukan tempat tujuan wisata. Desa seluas 21.214 hektar ini tergolong padat penduduk. Total jumlah penduduk yang tercatat sebanyak 2.320 jiwa membuat desa ini tidak pernah sepi. 




Meski sering dilanda kekeringan, desa ini tergolong desa yang asri. Dengan mata pencaharian utama penduduknya sebagai petani, sepanjang mata memandang, sawah yang luas menghijau jadi pesona unik. Desa Tulung berbatasan dengan Desa Lampah di sebelah Utara, Desa Slempit di sebelah Selatan, Desa Glindah di sebelah Barat dan Desa Turirejo di sebelah Timur. 

Selain sebagai petani, mata pencaharian penduduk desa ini adalah buruh tani, arsitek, Pegawai Swasta, dan Pegawai Negeri Sipil. Bermacam profesi membuat desa ini semarak dengan beragam kegiatan sehingga kendati tinggal di desa, penduduk tidak terbelakang. Apalagi, desa ini sudah memiliki waduk, masjid, gedung SD, dan bermacam sarana dan prasarana penunjang kehidupan lainnya.


1. Waduk Tulung



Waduk ini adalah waduk kebanggaan penduduk desa yang sangat besar manfaatnya. Air dari waduk yang jernih ini dibagi ke seluruh penduduk desa, mulai untuk mandi, mencuci baju, menyiram tanaman, memberi makan dan minum ternak peliharaan, hingga memasak. Waduk luas ini tidak jarang mengalami kekeringan saat musim kemarau panjang datang. Saat itu terjadi, penduduk biasanya membeli air dari desa lain. Uniknya, mereka tidak mengeluh dengan keadaan ini. Kesulitan mendapatkan air menjadi hal biasa saat musim kemarau panjang tiba. Saat musim hujan pun, banjir adalah hal biasa bagi mereka. Sikap tegar inilah yang memikat hati kami. Betapa kecintaan terhadap kampung halaman  membuat mereka menerima apa pun dan bagaimana pun situasi di desa.


2. Masjid Desa yang Megah



Penduduk Desa Tulung yang kebanyakan beragama Islam sangat beruntung memiliki tempat ibadah yang menurut saya lumayan megah untuk ukuran di desa. Dengan desain yang mewah, masjid berkubah hijau yang teduh ini hampir tidak pernah sepi jama'ah, terutama saat hari besar keagamaan. Tua muda, besar kecil, laki-laki dan perempuan, semua tumpah ruah di sekitaran masjid turut serta hari merayakan besar keagamaan. 









3. SDN yang Rapi dan Megah





Siapa pun yang melihat SDN Tulung ini pasti memiliki pemikiran yang sama. Sebagai sekolah di kawasan desa, gedung SDN ini memiliki tampilan megah dan menawan. Setiap sudutnya rapi, bersih, dengan penataan ruang yang sangat baik. SDN yang berusia puluhan tahun ini telah melalui beberapa tahapan pembangunan hingga bangunan terlihat kokoh seperti itu. Lapangan yang luas, ruang kelas yang bersih, juga tanaman yang rindang di sana sini, membuat semua penghuninya nyaman berada di lingkungan sekolah. Di sinilah suami saya dulu bersekolah, sebelum akhirnya menuju ke Surabaya untuk melanjutkan SMP.



Di samping waduk, masjid dan gedung SDN yang memikat, hamparan sawah yang menghijau di sepanjang mata memandang merupakan pesona yang membuat kami tidak bosan bertandang ke desa ini. Belum lagi kuliner khas yang tersaji setiap kami datang, yaitu sambal geblek (sambal terasi dengan campuran potongan kacang panjang mentah), rawon kare (ayam kampung yang dibumbu kare, tetapi ditambah kluwek), dan penyet ikan (ikan yang digoreng, kemudian ditekan di atas sambal terasi). 


Baca juga:




Kebersamaan memang biasa kami lakukan di mana saja. Namun, keseruan berlibur di desa adalah kebersamaan yang terasa beda. Bertemu dengan orang-orang yang tulus dan apa adanya membuat kami belajar pentingnya hidup sederhana dan menjauhkan diri dari kepura-puraan yang tak perlu. Persaudaraan yang hangat dari penduduk desa menjadikan tempat ini tempat traveling paling berkesan yang selalu ingin kami ulangi lagi dan lagi. Sayangnya pandemi belum pergi. Libur lebaran yang lalu tidak ada acara ke desa sehingga kami hanya berkomunikasi lewat video call saja. Semoga saat liburan mendatang kami bisa mengukir kenangan kembali seperti liburan yang lalu. 


Wassalaamu'alaikum


Salam santun,

Dian Rahayu



Tulisan ini diikutsertakan dalam 30 Hari Tantangan Penulisan Sahabat Hosting


Tips Menjaga Kesehatan Mental Ibu Rumah tangga

Jumat, 22 Januari 2021




Dalam rumah tangga, seorang perempuan lebih rentan mengalami stres dibandingkan laki-laki. Sebagai istri dan ibu, perempuan kerap merasa tertekan karena rutinitas yang monoton. Menjaga kesehatan mental adalah upaya menjauhkan diri dari stres yang mengganggu.


Sebuah berita dari media terpercaya mengabarkan tentang aksi nekat seorang ibu yang membunuh tiga anak kandungnya yang masih balita. Setelah diusut, diketahui bahwa si ibu khawatir akan masa depan anaknya karena dia terimpit masalah ekonomi. Berita lain juga menyebutkan bahwa karena suami tidak peduli, seorang ibu membunuh anak kandungnya dengan parang dan dia sendiri bunuh diri. Banyak lagi berita senada tentang kegalauan dan kesedihan perempuan yang begitu mendalam hingga berujung kematian. Miris. Bila ibu memiliki kesehatan mental, tentu bukan langkah itu yang dipilih. 

Apa yang menyebabkan para istri dan ibu bisa sampai hati melakukan hal buruk di atas? Saya selalu ngeri membayangkan hal demikian. Sayangnya, berita tentang hal ini makin marak di media. Hampir ada di seluruh wilayah Indonesia aksi nekat ibu yang berujung petaka. Jiwa yang labil, mental yang tidak sehat, fisik yang teramat lelah dan tidak ada teman berbagi rasa membuat mereka melakukan hal buruk itu sebagai jalan pintas berakhir masalah. Minimnya pemahaman agama juga turut andil dalam hal ini. Rutinitas yang padat membuat ibu kadang tidak sempat memperdalam ilmu agama, tidak ada waktu bergaul berbagi rasa, juga tidak ada kesempatan mengikuti kegiatan di luar rumah. 


Bahagia Itu Pilihan 


Hidup bahagia itu pilihan! Kalau memilih bahagia, kita akan dengan sadar melakukan hal-hal yang membuat diri kita merasa bahagia, bukan sebaliknya. Harus ada upaya agar hati dan pikiran bersinergi melakukan langkah-langkah menuju kebahagiaan. 


Jangan ada ruang secuil pun di dalam hati untuk tempat kita bersedih, putus asa, apalagi berpikir negatif . Jangan!


Percayalah, seorang istri dan ibu itu sejatinya memang harus bahagia. Apa alasannya? Karena dengan bahagia:


1. Lebih Sabar


Ibu yang bahagia relatif lebih sabar dan lebih tegar menghadapi segala kesulitan. Bayangkan kalau mendidik anak tanpa rasa sabar ... pasti akan berdampak tidak baik, kan? Kesabaran membuat lebih tenang saat menghadapi masalah. 


2. Lebih Kreatif


Ibu yang bahagia tidak akan menutup diri dari kritik dan saran yang baik. Kebahagiaan membuat kita selalu punya gagasan untuk melakukan hal-hal penting dalam rumah tangga. Juga lebih kreatif melakukan hal-hal penting yang berkaitan dengan masalah keluarga.


3. Mudah Keputusan


Hati dan pikiran bahagia membuat ibu tidak ragu mengambil keputusan. Tidak ada beban dan tidak ada yang mengikat, membuat ibu bebas menentukan sikap terbaik tanpa paksaan. Bila ibu dirundung kesedihan, mana mungkin bisa mengambil keputusan? Meskipun bisa, keputusan yang diambil saat galau dan sedih tentu tidak baik. 


3. Seisi Rumah Ikut Bahagia


Ini yang tidak kalah penting. Ibu yang bahagia akan menularkan kebahagiaannya kepada seisi rumah. Pasalnya, kebahagiaan itu pasti akan membuat ceria dan selalu ada cara mengajak seisi rumah ikut bahagia.


Menahan Diri Dari Rasa Yang Tak Perlu Itu Penting


Kadang-kadang kita terjebak pada rasa yang tak perlu. Kita sering tidak sadar terjebak pada perasaan sendiri dan logika logika. Okelah, kaum perempuan seperti kita memang lebih mengandalkan perasaan. Akan tetapi, tentu harus disesuaikan dengan situasi dan harus sesuai porsinya. Harus pandai-pandai juga mempertimbangkan kapan saat yang tepat mengedepankan logika agar kita tidak terjebak pada rasa yang tidak perlu. 


1. Berbaik Sangka Saat Melihat Suami Sibuk Mengurus Hobinya di Rumah atau Asyik dengan Gadgetnya


Bayangkan jika suami sibuk dengan teman-teman di luar sana. KIta tidak akan pernah tahu dia bergaul dengan siapa, sedang apa, atau di mana. Dengan di rumah saja, kita bisa melihat wujudnya, kendati dia asyik dengan kesibukannya itu sendiri. Bisa jadi dia sedang merencanakan sesuatu dalam hal mencari nafkah. Atau sedang melakukan pembicaraan penting terkait pekerjaannya. Pelan-pelan ajaklah berkomunikasi dengan cara yang santun. Libatkan dia dalam diskusi sederhana yang datang sedikit demi sedikit berbagi waktu dan mulai memedulikan kita.


2. Berbesar Hati Saat Melihat Rumah Yang Selalu Berantakan Karena Ulah Anak-Anak, Padahal Baru Saja Dibersihkan


Bayangkan bila anak-anak sakit, tentu mereka hanya akan berbaring saja di kamar, tidak melakukan aktivitas apa pun. Melihat mereka aktif bermain dan membuat rumah berantakan hingga seperti kapal pecah, sabarlah saja.Tata kembali, atur lagi dan lagi rumah berantakan yang baru saja dibereskan. Mulai dari ujung sini, korban ke sebelahnya, sebelahnya lagi, terus hingga tuntas menyelesaikan seluruh ruangan. Usia yang tidak menyadari bahwa mereka tidak menyadari bahwa mereka tidak menyadari pentingnya rumah. 


Kelak kita akan merindukan masa-masa rumah berantakan karena anak-anak beranjak remaja dan dewasa.


3. Bersabarlah Bila Melihat Anak yang Tidak Kunjung Paham Saat Diajari Suatu Pelajaran


Sebenarnya wajar kok kalau kesabaran kita menyusut saat anak tidak kunjung paham atas apa yang kita ajarkan. Apalagi saat pandemi seperti sekarang ini. Sekolah di rumah memang sudah sampai pada titik jenuh. Anak bosan di rumah dan rindu sekolah, kita pun lelah lahir batin dengan situasi yang semakin berat seperti sekarang ini. Namun, kalau kita tidak bersabar, apakah anak-anak jadi paham? Bukankah malah membuat semua terasa berat? Ah ... janganlah ditambah lagi situasi yang serba sulit ini dengan keluhan tentang anak. Mereka belum paham, ya sudah ... belajar lagi. Biarlah dia menikmati setiap inci prosesnya. Belum bisa mengerti suatu ilmu bukan berarti semua berakhir.Tidak perlu anak sekolah harus segera paham justru justru memberatkannya.


Nikmati saja prosesnya, terus berusaha, imbangi dengan doa maka semua akan terasa ringan. Tugas kita adalah menjaga semangat belajar mereka dan mendoakan mereka. Hanya itu! Selebihnya, kita pasrahkan hasilnya kepada Allah. Mudah, bukan?


4. Berusahalah Tetap Tenang Saat Pekerjaan Rumah Tangga Bagai Tak Ada Jeda


Pekerjaan sebagai istri dan ibu memang mengalir bagai tiada henti, apalagi bila tidak ada asisten. Akan tetapi, tidak berarti tidak bisa disiasati, bukan? Banyak kok perempuan hebat di sekitar kita yang bisa tetap menyala, meskipun hanya di rumah saja. Sama sibuknya dengan kita, sama-sama ibu rumah tangga. Mengapa mereka bisa, sedangkan kita tidak? Salah satunya dengan manajemen waktu yang baik. Pertama, kerjakan pekerjaan domestik sepagi mungkin, delegasikan bila memungkinkan, ajak suami dan anak ikut berpartisipasi, dan abaikan kegiatan yang tidak penting. Selanjutnya, jadwalkan melakukan aktivitas untuk diri sendiri sebagai jeda, sepertimembaca,menulismakan makanan favorit , merajut, menjahit, atau lainnya. Aktivitas jeda ini sangat bermanfaat sebagai penghilang penat sekaligus sebagai me time


Baca juga:

Jenuh Di Rumah Saja Saat Lockdown? Ini, Nih, Yang Bisa Dilakukan Agar Kejenuhan Dalam Rumah Tangga Tidak Berlarut-Larut


Anak Anda Terus Menolak Tidur Siang? Lakukan 4 Hal Ini Agar Anda Tenang



Tips Menjaga Kesehatan Mental Bagi Ibu Rumah Tangga


Jangan main-main dengan kesehatan mental! Kalau batuk, pilek, sakit kepala atau masuk angin saja cukup minum obat dan istirahat Insyaallah bisa sembuh. Namun, kalau mental yang sakit, menyembuhkannya perlu waktu yang tidak sebentar. Parahnya, kita sering tidak sadar kalau kita sedang tidak sehat. Apalagi kita berada di lingkungan yang tidak menyenangkan, seperti komunikasi yang minimal dengan pasangan, antaranggota keluarga yang tidak peduli, orang tua atau mertua yang kata-katanya menyakitkan, atau saudara yang tidak berperasaan, ditambah para tetangga yang tidak menyenangkan. Duh ... bisa memperburuk keadaan.


Mari menjaga kesehatan mental kita agar generasi mendatang memiliki kepribadian yang baik karena dididik oleh seorang ibu yang sehat mentalnya. Bagaimana caranya?


1. Istirahat Cukup


Rutinitas harian ibu rumah tangga perlu fisik yang kuat. Istirahat yang cukup harus diupayakan agar tugas ibu rumah tangga bisa terlaksana dengan baik. Kapan bisa istirahat,  rebahansaja susah! Kita sering, kan, mendengar ini? Istirahat tentu bukan tidur berjam-jam. Mencuri waktu sewaktu-waktu sebelum anak pulang sekolah atau saat anak tidur siang cukup tata tenaga. 


2. Makan Makanan Bergizi Seimbang



Mengonsumsi makanan bergizi seimbang sangat penting bagi ibu rumah tangga. Bergizi tidak selalu identik dengan mahal, kan? Makanan itu menjadi bekal bagi kita beraktivitas seharian.Kalau kita tidak peduli dengan asupan nutrisi, kita juga yang rugi bila sudah jatuh sakit. Apalagi kalau saat sakit pun tetap menjalankan pekerjaan rumah tangga. Oleh karena itu, menjaga agar tubuh selalu makan makanan bergizi itu sangat penting.


3. Menjalin Hubungan Baik dengan Lingkungan Sekitar


Mulailah membuka diri untuk berkomunikasi dengan siapa saja di lingkungan sekitar, terutama di rumah. Suami, anak, orang tua, atau saudara adalah orang terdekat kita. Jangan ragu menjalin hubungan yang baik dengan mereka. Kitalah yang memulai hubungan baik itu agar suasana nyaman.Hubungan kedekatan yang terjalin membuat hati kita tenang dan berimbas pada semangat kita menjalankan rutinitas.


4, Olahraga




Menjalani aktivitas harian yang padat dan monoton memang membuat lelah lahir batin. Meskipun tidak setiap hari, olahraga ringan perlu dilakukan agar otot-otot tidak kaku, seperti yoga, bersepeda, jalan kaki, atau berlari kecil. Lamanya? Tentu tidak perlu terlalu lama, apalagi yang masih punya balita. Cukuplah 30-45 menit saja, tetapi lakukan secara rutin. Bila peredaran darah lancar, metabolisme berjalan baik, menurun dan pikiran rileks maka menjalani aktivitas harian bisa lebih bersemangat. Apalagi menjalani segala tetek bengek pengasuhan anak yang kadang menguras tenaga dan emosi, perlu ada penyegaran, salah satunya dengan olahraga.


5. Selalu Berpikir Positif 


Jangan dikira berpikir positif itu berarti mengabaikan situasi yang kurang mengenakkan. Berpikir positif berarti berusaha menghadapi ketidaknyamanan dengan cara yang positif dan konstruktif. Harus dimulai dari pikiran sendiri.Jika pikiran negatif maka pandangan hidup jadi pesimis. Jika banyak berpikir positif maka jadi lebih optimis. Mau hidup dengan pesimis? Apa enaknya? Hidup jadi berat dan jalan terasa sempit.


Kalau kita tidak ingin depresi, sistem imun melemah, kemudian berimbas pada fisik yang tidak kuat maka mulai sekarang kita harus peduli dengan kesehatan mental. Jangan tunggu nanti, apalagi besok. Tetapkan hati, mulai detik ini peduli dengan kesehatan mental.


Wassalaamu'alaikum


Salam santun,

Dian Rahayu


Sumber foto: Unsplash, Istockphoto, Freepik


Tulisan ini diikutsertakan dalam 30 Hari Tantangan Penulisan Sahabat Hosting